Latar Belakang
- Diperkirakan Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 62 SM dan merupakan kitab kedua yang ditulis oleh Lukas untuk Teofilus. Tujuannya untuk memberikan kesaksian tentang apa yang telah didengar oleh Teofilus mengenai Yesus dan jemaat mula-mula.
- Saat itu cara hidup jemaat mula-mula ditulis: sehati dan sejiwa, segala sesuatu milik bersama, hidup dalam kasih karunia melimpah dan tidak ada yang kekurangan.
- Yang punya tanah atau rumah tidak segan-segan menjual miliknya untuk membantu jemaat yang kekurangan.
- Kata jujur yang dipakai dalam pembahasan ini adalah "Aletheia" yang diterjemahkan kejujuran atau kesetiaan. Kata sifat "alethes" selain berarti jujur juga diterjemahkan tulus dan dapat dipercaya. Sehingga bisa disimpulkan kejujuran yang dimaksud adalah kejujuran yang penuh integritas (tulus dari hati dan dapat dipercaya).
- Kata ini dipakai di banyak tempat di PB misalnya saat Yesus berkata "sesungguhnya" di Luk 9:27, 12:44 dan Luk 21:3 atau Luk 4:25 kata "benar" memakai kata Yunani ini. Sedang di Matius digunakan di Mat 22:16 untuk kata "jujur".
PA PERIKOP KIS 4:36 - 5:11
1. Seringkali kita tergoda untuk berbuat tidak jujur saat ingin melindungi reputasi, harga diri, orang yang kita kasihi atau sesuatu yang melibatkan jumlah uang yang banyak.
2. Perbedaan antara Barnabas dan Ananias &Safira
Barnabas | Ananias & Safira |
---|---|
Memberi semua dengan rela
|
Tidak rela memberi semua
|
Memberi semua hasil penjualan
|
Menahan sebagian
|
Jujur
|
Berdusta
|
Ketidak jujuran Ananias dan Safira terletak pada:
a. Menahan sebagian dari hasil penjualan (meskipun tidak tercatat, kemungkinan besar, dari perikop ini, mereka berjanji untuk memberikan semuanya).
b. Safira yang diberi kesempatan oleh Petrus terang-terangan berdusta di depan Petrus (ay 8).
Motivasi mereka:
a. Supaya terlihat baik, murah hati dan dipuji.
b. Cinta uang sehingga tidak rela memberi semua hasil penjualan.
Menarik sekali penulis Septuaginta LXX memakai kata Yunani yang sama untuk "menahan sebagian" ("nosphizomai") dengan kata "mengambil/mencuri" di Yos 7:1 pada peristiwa Akhan. Waktu itu Akhan mencuri barang yang dikhususkan untuk Allah yang menyebabkan kekalahan bangsa Israel melawan Ai. Karena itu akhirnya Akhan dan seluruh keluarga dan miliknya dimusnahkan. Ini menunjukkan keseriusan kesalah Ananias dan Safira.
Akar dari ketidakjujuran ini adalah "hati yang dikuasai Iblis" (ay 3). Dengan kata lain hawa nafsu atau kedagingan, Yak 4:1-4 menggambarkan betapa hawa nafsu itu adalah penyebab pertengkaran dan perselisihan dalam gereja. Ini membuat respons yang tepat diperlukan dalam menghadapi kasus ini.
3. Petrus menilai tindakan Ananias dan Safira:
a. Mendustai Roh Kudus
b. Mendustai Allah
c. Mencobai Roh Kudus
Akibatnya keduanya mati. Allah menghukum dengan keras karena:
a. Allah mengkuduskan/menyucikan umat pilihanNya (1 Pet 1:14-15). Karena Allah itu kudus tidak mungkin bisa bersekutu dengan yang tidak kudus. Penghukuman keras ini juga terjadi di PL contoh yang di Yos 7:1, juga di Kel 32:28 3000 orang Israel mati karena membuat berhala anak lembu emas, ada lagi di Bil 25:9 saat bangsa Israel memperistri wanita Moab dan menyembah Baal Peor 24.000 orang Israel mati kena tulah.
b. Mengkonfirmasi otoritas yang diberikan oleh Tuhan kepada para Rasul, seperti tercatat di Mat 16:18-19 di mana Tuhan Yesus mengatakan Petrus sebagai batu karang dan di atasnya gereja didirikan. Dengan demikian jemaat tidak sembarangan mempermainkan para Rasul.
c. Bentuk pendisiplinan bagi orang percaya, sekaligus peringatan. Kata-kata "maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat" ditulis 2x di ay 5 dan 11 merupakan penekanan. Kata "takut" di sini adalah "phobos" adalah ketakutan yang karena segan pada Allah dan hormat pada para Rasul.
Catatan: Lukas saat menulis kedua kitabnya tidak mungkin memasukkan semua kejadian-kejadian jadi kemungkinan peristiwa seperti Ananias dan Safira bukan satu-satunya. Lukas kemungkinan memasukkan ini sebagai contoh untuk peringatan bagi kita orang percaya.
Apakah Allah terlalu keras? kalau kita pahami alasan di atas kita bisa yakin bahwa Allah bertindak dengan tepat sekali, karena apabila tidak maka jemaat mula-mula tidak akan mempunyai dasar yang kuat dan gampang hancur.
Di Roma 8:1 Paulus menulis bahwa tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya. Ibr 12:7-8 menulis bahwa Allah mendisplinkan ("mengganjar") anak-anakNya. Jadi bagi orang percaya dalam anugerah kasih karunia akan tetap mengalam pendisiplinan, bukan hukuman. Dan kita bisa percaya bahwa Tuhan tidak akan menguji kita melebihi kekuatan kita (1 Kor 10:13).
4. Kita bisa mengembangkan karakter jujur yang tulus penuh integritas dan membangun saudara-saudara seiman dengan 3 langkah ini:
a. Menerima Kristus sebagai Juruselamat (Ef 1:13) - Roh Kudus menjadi jaminan kita. Dan kita dibenarkan oleh Kristus (Rom 5:1) - bukan karena siapa kita atau apa yang kita perbuat.
b. Hidup oleh Roh (Gal 5:16) sehingga menjadi manusia baru (2 Kor 5:17).
c. Ikut dalam persekutuan dalam tubuh Kristus (Ibr 10:24-25).