Jumat, 16 September 2016

Bab 9 - KESABARAN

2 Kor 6:4 - "Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran."

Latar Belakang
1. Kitab ini ditulis oleh Yakobus saudara Yesus untuk orang2 Yahudi yang menjadi percaya.
2. Kitab ini ditulis cukup awal sekitar 49-50M sebelum sidang Yerusalem.
3. Mempunyai banyak kemiripan dengan kotbah di bukit.

PA Yakobus 5:7-11
1. Pada ayat 7 ada kata "karena itu..." dengan demikian kita perlu meneliti latar belakang perikop ini yang ada di ayat 1-6.

Di ayat 1-6, Yakobus memberikan peringatan yang keras kepada orang2 kaya. Dia memakai kata2 "menangislah dan merataplah..." (ayat 1) dan "....akan memakan dagingmu seperti api." (ayat 3). Pertanyaannya adalah orang kaya seperti apa yang dimaksud di sini? apakah semua orang kaya? karena di Kis 2:45 juga ada orang2 yang menjual miliknya untuk membantu yang lain, bahkan ada yang sampai menjual ladangnya (Kis 4:37). Ayat 3-6 menunjukkan bahwa orang kaya yang dimaksud oleh Yakobus adalah orang kaya yang:
a. Mengumpulkan harta pada hari yang sedang berakhir (ayat 3).
b. Menahan upah buruh (ayat 4).
c. Berfoya2 memuaskan hati seperti waktu penyembelihan (ayat 5).
d. Menghukum bahkan membunuh orang yang benar dan tidak berdaya (ayat 6).

Gereja sendiri mengalami tantangan seperti ini beberapa faktor yang menyebabkan adalah:
a. Sudah terjadinya penggolongan dari beberapa aspek seperti kaya-miskin, pengusaha-profesional, dsb sebelum orang2 menjadi percaya. Hal ini terbawa saat mereka menjadi percaya dan bergereja.
b. Sudah ada pandangan yang membeda2kan atau diskriminatif.
c. Kelakuan orang2 yang baru percaya yang masih dalam proses pengkudusan sehingga belum sepenuhnya mencerminkan kasih Kristus bahkan kepada saudara2 seiman.

Di gereja kita sendiri juga ada diskriminasi seperti ini akan tetapi teredam melalui kotbah dan persekutuan yang terus mengingatkan kita semua bagaimana seharusnya kita bersikap.

2. Di masa Yakobus, jemaat mula2 juga mengalami diskriminasi yang sama, seperti tertulis di Yak 2:1-9 bagaimana ornag kaya lebih dihargai daripada orang yang miskin. Padahal kita diperintahkan untuk tidak menghakimi.

Penyebabnya adalah dosa yang mengontrol hawa nafsu kita yang menyebabkan sengketa dan pertengkaran (Yak 4:1-2). Termasuk hal2 diskriminatif yang menyebakan perpecahan antar golongan di gereja. Tiap golongan mempunyai pandangan yang negatif satu sama lain, keyakinan akan ke-am-an (universalitas) gereja dilupakan.

3. Kesabaran yang dipakai di ayat 7,8 dan 10 diterjemahkan dari kata yunani "makrothumeo" yang berarti kesanggupan dalam menahan penderitaan, dalam bahasa Inggris diterjemahkan "longsuffering". Mungkin lebih tepatnya bisa diterjemahkan "lama untuk marah". Dalam PL digunakan untuk menunjukkan kesabaran Tuhan terhadap umatnya yang seharusnya pantas menerima hukuman.

Bagi mereka yang tertindas seharusnya mereka bersabar karena Tuhan sudah beranugerah dalam kehidupan mereka memberikan mereka hidup yang kekal. Padahal tanpa anugerah tersebut mereka pantas binasa. Seperti petani yang menantikan hujan musim semi awal tahun dan hujan musim gugur akhir tahun, begitulah kesabaran orang2 tertindas seharusnya.

4. Dalam menghadapi segala kesulitan dan penderitaan, sikap2 yang dianjurkan adalah:
a. Tidak bersungut-sungut dan saling menyalahkan (ayat 9).
b. Berkata apa adanya, jika ya ya, jika tidak tidak (ayat 12).
c. Berdoa saat sakit dan bernyanyi saat gembira (ayat 13).
d. Memanggil penatua untuk mendoakan (ayat 14).
e. Membawa orang dalam pertobatan (ayat 19-20).

Kesabaran yang dimaksud di sini bukan kesabaran yang pasif dan permisif. Memang kita tidak diperbolehkan untuk menghakimi. Tetapi bukan berarti kita membiarkan dan tidak melakukan apa2. Di Matius 7:1-12 Tuhan Yesus mengajarkan prinsip ini. Kita tidak boleh menghakimi, tetapi kita juga tidak boleh sembarangan memberikan hal berharga. Kesimpulannya kita harus memegang prinsip kasih yaitu mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. Ini adalah kalimat aktif yang menuntut perbuatan kepada sesama kita. Kita tidak bisa tinggal diam berpangku tangan dan memikirkan diri sendiri. Dengan prinsip ini berarti kita harus bersabar dengan aktif memikirkan apa yang terbaik untuk orang lain, seperti diri kita apabila dalam posisi yang sama.

5. Seperti yang sudah kita bahas di no 4, kita harus bersabar dengan orang lain dengan prinsip kasih. Sehingga pada saat kita melihat ketidakbenaran dan ketidakadilan di gereja dan masyarakat, kita tentu saja tidak tinggal diam. Firman Tuhan juga memerintahkan kita untuk:
a. Memimpin orang ke jalan yang benar (Gal 6:1).
b. Menegur saudara yang berbuat dosa (Mat 18:15-18).
c. Saling menasehati (Ibr 10:24-25).
d. Menegur seorang akan yang lain (Kolose 3:12-17).

Kenapa kita melakukan semua ini? Karena kita mengasihi saudara kita seperti diri kita sendiri. Kita tidak mau dia terjerumus dalam kesesatan dan pelanggaran. Kita bukan melakukannya karena kita serta merta menghakimi. Kita memikirkan apa yang terbaik untuk dia.

Hal ini tidaklah mudah dan perlu hikmat dari Tuhan dan kita perlu mencontoh ketekunan (Yun: "hupomone") para nabi yang meskipun dalam kesusahan (contoh: Ayub) tapi tetap menjalaninya dengan pengharapan.