Senin, 14 November 2016

Bab 11 - Puas Dengan Tuhan

Ayat hafalan Fil 4:13:"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku".

Latar Belakang

Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus bersama beberapa rekan-rekan sepelayanan seperti Timotius, Lukas dan Silas sebagai respons dari penglihatan yang diberikan Allah di Troas (Kis 16:9-40). Selama pelayanan tersebut, terjadi ikatan yang kuat antara Paulus dan Jemaat Filipi. Beberapa kali Jemaat Filipi memberikan bantuan keuangan untuk pelayanan Paulus dan orang-orang Kristen yang kekurangan di Yerusalem (2 Kor 8:1 - 9:15). Ini dilakukan jemaat tersebut saat mereka sendiri mengalami kesulitan dan kekurangan.

Tujuan utama surat Filipi adalah supaya Jemaat Filipi dalam keadaan apapun tetap berpusat pada Kristus sebagai tujuan hidup dan pengharapan. Selain itu Paulus juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan untuk kemurahhatian mereka.


PA Fil 4:10-13

1. Paulus bersukacita karena akhirnya jemaat Filipi kembali memperhatikannya dalam pikiran dan perasaan. Meskipun hal ini tidak selalu mudah, karena jemaat tersebut mengalami berbagai penderitaan dan hidup dalam kemiskinan (2 Kor 8:1-6).

2. Sebagai seorang hamba Tuhan, Paulus sudah sering mengalami kekurangan dan penderitaan. Di ayat 11, Paulus menulis bahwa dia belajar untuk "mencukupkan diri" yang diambil dari kata Yunani "autarkes" berarti "mencukupi/rasa puas". Hal ini bukan karena Paulus hebat atau kuat, tetapi karena Tuhan yang menjadi sumber kekuatannya.

3. Dalam pelayanannya Paulus membiasakan dirinya untuk hidup dengan sangat sederhana, di 1 Tim 6:8 dia menulis "asal ada makanan dan pakaian, cukuplah sudah". Tentu saja kita bukan berarti menjadi orang percaya kita mempunyai cara pandang yang pesimis. Dalam berikop ini Paulus ingin menjelaskan bahwa akar segala masalah dan penderitaan itu adalah cinta akan uang. Selain itu Paulus sendiri juga bekerja sebagai pembuat tenda untuk mendanai misi nya. Sehingga yang dimaksud di sini bukan sikap pesimis dalam hidup, tetapi cara pandang yang mengutamakan Tuhan. Seperti Paulus seharusnya kita ini bekerja dan berusaha mengembangkan apa yang kita punya supaya pekerjaan Tuhan makin luas dan makin banyak orang yang mendengar berita Injil.

Ucapan Paulus ini bukan pernyataan yang berlebihan, karena dia sendiri mengalami begitu banyak penderitaan, penganiayaan dan beberapa kali hampir mati (2 Kor 11:23-27). Bahkan ada "duri dalam daging" yang Paulus mohon Tuhan lepaskan, tetapi Tuhan menjawab bahwa kasih karuniaNya cukup bagi Paulus dan bahwa dalam kelemahan Paulus, Tuhan dimuliakan. Selain segala penderitaan itu, Paulus juga disalahpahami oleh jemaat Korintus (2 Kor 10:1-2), padahal dia sudah bekerja sedemikian rupa.

4. Rahasia Paulus adalah bahwa dia senantiasa bersandar pada Tuhan yang member dia kekuatan (ay 13).

5. Kita banyak mengalami ketidakpuasan dengan Tuhan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Materi: seringkali kita melihat orang-orang kaya yang hidup enak tetapi kita lupa untuk juga melihat ke bawah. Akhirnya kita diperdaya Iblis dan jatuh ke dalam pencobaan. Fokus kita adalah bagaimana menjadi kaya dan hidup enak.
b. Waktu: kita merasa tidak cukup waktu karena harus bekerja mencari nafkah, pelayanan dan berkeluarga. Padahal kalau kita teliti lagi, banyak waktu yang kita habiskan untuk kenikmatan diri kita sendiri.
c. Keluarga: kita tidak puas dengan kondisi keluarga kita, mungkin hubungan dengan mertua atau dengan pasangan, seringkali permasalahannya bukan orang tersebut, tetapi diri kita sendiri yang tidak mengijinkan Tuhan untuk bekerja dan mengubah hidup kita menjadi manusia yang baru.

Kita diingatkan kembali oleh Paulus dalam perikop ini untuk mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Seperti seorang tentara yang mengikuti perintah atasannya, dia tidak akan membiarkan dirinya terganggu dengan hal-hal lain, fokusnya adalah melaksanakan perintah atasannya. Demikian kita sebagai orang percaya, janganlah kita terganggu oleh materialisme, hedonisme, pornografi, budaya instan, dsb tetapi berusaha sekuat tenaga dalam hidup kita untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Saat kita memuliakan Tuhan, di saat yang sama kita juga menikmati berjalan bergaul dengan Tuhan.


Kamis, 13 Oktober 2016

Bab 10 - Penguasaan Diri

Ayat hafalan: 1 Kor 9:26-27 "Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."

LATAR BELAKANG
Paulus menulis 1 Korintus diperkirakan tahun 55 AD untuk orang-orang percaya di Korintus. Saat itu dalam jemaat di sana terjadi banyak permasalahan seperti perselisihan, perpecahan, pencabulan dsb. Dalam pasal yang ke 9 ini Paulus memberikan pasal penutup untuk 3 pasal sebelumnya: pasal 6 (Pencabulan), pasal 7 (Perkawinan) dan pasal 8 (Persembahan Berhala) semua ini ada hubungan dengan hawa nafsu atau kedagingan.

Dalam konteks perikop 9:24-27 Paulus menggambarkan kehidupan kekristenan itu seperti pertandingan di gelanggang Olympiade saat itu. Di mana para atletnya harus berlatih luar biasa keras berbulan-bulan sebelumnya, setelah itu pada pertandingan itu mereka mengerahkan semua kemampuan mereka untuk memenangkan mahkota daun zaitun. Tentu saja kemenangan ini harus sesuai peraturan pertandingan. Selain mendapat mahkota tersebut, pemenang juga mendapatkan apresiasi dan menjadi warga kehormatan di kota asalnya.

PA 1 KOR 9:24-27

1. Beberapa situasi di mana kita tidak bisa menguasai diri:
    a. Pada saat emosi labil dan ada sesuatu yang penting yang tidak berjalan sesuai rencana.
    b. Saat ada orang yang munafik dan memakai ayat-ayat Alkitab untuk mendukung perbuatannya.
    c. Saat ego kita diserang atau dipertanyakan.
    d. Saat kita sangat menginginkan sesuatu, seperti gadget, atau makanan enak meskipun tidak sehat, dsb.

2. Apabila ingin mengikuti pertandingan semacam Olimpiade itu, maka kita harus:
    a. Memenuhi persyaratan untuk masuk sebagai atlet.
    b. Melatih fisik kita jauh hari sebelumnya supaya kita dalam keadaan super prima saat bertanding.
    c. Bertanding sesuai peraturan pertandingan dan mengerahkan semuanya untuk menang.

Kita akan menang saat kita mempersiapkan dengan baik supaya kondisi tubuh dan jiwa kita benar-benar prima. Selain itu kita harus mengikuti peraturan yang ada, sehingga kemenangan kita benar dan bersih. Saat kita menang kita akan memperoleh mahkota daun zaitun, mahkota ini tidak bisa bertahan lama, hanya sebentar akan rusak. Hanya sekedar simbol kemenangan saja. Tetapi kita mendapatkan sesuatu yang lebih, yaitu kehormatan dan kemuliaan saat kembali ke kota asal kita.

Paulus ingin mengatakan: "Untuk mendapatkan mahkota yang akan rusak saja seorang atlet berlatih dan bertanding mati-matian, bukankah seharusnya kita yang sudah percaya berusaha mati-matian untuk memperoleh mahkota yang kekal." Karena Paulus melihat masalah-masalah yang ada di Korintus tidak seharusnya terjadi apabila mereka sungguh-sunggguh mengerjakan keselamatan mereka dan menjaga kekudusan supaya berkenan kepada Tuhan dalam seluruh hidupnya (Roma 12:1).

3. Tekad Paulus adalah untuk berupaya sekeras mungkin dan memenangkan pertandingan, jadi dia tidak sembarangan tanpa tujuan (26). Paulus melatih tubuhnya dan menguasainya seluruhnya supaya Allah sendiri berkenan dan memberinya mahkota yang kekal itu (ay 27). 

Aspek kerelaan untuk melakukan segala upaya supaya hidup kita kudus dan berkenan di hadapan Allah. Setelah menerima keselamatan bukan berarti kita hidup santai, tetapi kita harus berupaya keras mengerjakan ("workout") keselamatan kita (Fil 2:12). Hal ini bukan berarti kita harus berbuat sesuatu untuk selamat, kita selamat karena iman. Tetapi seperti atlet yang melatih ("workout") tubuhnya demikian juga kita melatih diri kita supaya kudus dan berkenan kepada Tuhan. Hal ini tidak bisa kita lakukan sendiri tapi dengan kekuatan yang kita dapat dari kasih karunia Kristus (2 Tim 2:1).

Kata menguasai ("YUN: egkrateuomai") bukan berarti hanya menghindari dosa, tetapi juga kerelaan untuk mengekang diri dari segala sesuatu yang boleh kita lakukan. Paulus memberi teladan ini di ay 1-23, di mana dia sebenarnya boleh mendapatkan hak-haknya dan bebas melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri, tetapi dia membatasi semua itu demi Injil. Ini luar biasa! Berapa dari kita yang mau melakukan hal ini? Bukankah begitu gampang untuk menuntut hak-hak kita? Bukankah kita bisa melakukan semua hal dengan segala yang kita miliki dengan sah? Tidak begitu untuk Paulus. Apabila hal itu menghambat Injil, maka dia tidak akan melakukannya.

Di 2 Tim 2:4-6 hal ini dipertajam bahwa fokus kita adalah bagaimana segala sesuatu yang kita lakukan ini berkenan kepada Allah kita. Kita tidak boleh terganggu atau terhambat oleh hal-hal lain yang tidak penting. Apabila itu tidak penting untuk Tuhan, itu tidak penting untuk kita. Apabila itu tidak berkenan pada Tuhan, itu tidak berkenan bagi kita juga.

4. Ayat 27b:" Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." Di sini kata ditolak berasal dari kata Yunani "adokimos" yang berarti "tidak layak/disqualified". Dalam konteks ini Paulus bukan berarti kalau tidak menang maka dia tidak akan selamat, tetapi maksudnya jangan sampai Allah tidak berkenan padanya karena merasa Paulus tidak layak untuk mendapatkan mahkota yang kekal itu. Tentu saja ini merupakan tujuan yang utama dalam kehidupan Paulus, karena dia sudah mati-matian menyerahkan hidupnya untuk memberitakan Injil sampai mati dipenggal.

5. Hambatan-hambatan yang membuat kita tidak bisa menguasai diri adalah:
    a. Hawa nafsu
    b. Ego
    c. Kemalasan
Semua ini adalah akibat dosa dan dosa ini sumbernya dari keinginan hati yang mencobai kita sendiri (Yak 1:14). Kita perlu bersandar pada Tuhan untuk menghadapi hambatan-hambatan ini dan supaya kita bisa berbuah (Yoh 15:5).

6. Kita perlu mendekatkan diri dan mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan melalui:
    a. Mengenal dan memahami Tuhan dan perintah-perintahNya.
    b. Bersyukur dan memuji kebesaran Tuhan.
    c. Melakukan perintah-perintahNya.

*Aplikasi penguasaan diri dalam hidup kita bisa dari berbagai aspek. Yang paling jelas adalah menghindari dosa. Tetapi yang lebih sulit adalah menahan/mengekang diri, dalam hal:
    a. Uang. Mungkin kita merasa boleh berbuat seenaknya dengan uang hasil kerja keras kita. Kita mau berlibur sesering mungkin, beli mobil/barang mewah, hidup pesta pora, dsb.
    b. Waktu. Mungkin kita mempunyai banyak waktu untuk menikmati segala hal yang ada di dunia ini dari TV, hiburan, games, dsb untuk diri kita sendiri atau dengan orang-orang terdekat kita.
Dan banyak hal yang lain lagi, pertanyaannya:"Apakah ini kita lakukan demi Injil? apakah ini berkenan kepada Tuhan?". Apabila jawabannya "tidak", kekang/tahan diri anda demi Injil.


Jumat, 16 September 2016

Bab 9 - KESABARAN

2 Kor 6:4 - "Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran."

Latar Belakang
1. Kitab ini ditulis oleh Yakobus saudara Yesus untuk orang2 Yahudi yang menjadi percaya.
2. Kitab ini ditulis cukup awal sekitar 49-50M sebelum sidang Yerusalem.
3. Mempunyai banyak kemiripan dengan kotbah di bukit.

PA Yakobus 5:7-11
1. Pada ayat 7 ada kata "karena itu..." dengan demikian kita perlu meneliti latar belakang perikop ini yang ada di ayat 1-6.

Di ayat 1-6, Yakobus memberikan peringatan yang keras kepada orang2 kaya. Dia memakai kata2 "menangislah dan merataplah..." (ayat 1) dan "....akan memakan dagingmu seperti api." (ayat 3). Pertanyaannya adalah orang kaya seperti apa yang dimaksud di sini? apakah semua orang kaya? karena di Kis 2:45 juga ada orang2 yang menjual miliknya untuk membantu yang lain, bahkan ada yang sampai menjual ladangnya (Kis 4:37). Ayat 3-6 menunjukkan bahwa orang kaya yang dimaksud oleh Yakobus adalah orang kaya yang:
a. Mengumpulkan harta pada hari yang sedang berakhir (ayat 3).
b. Menahan upah buruh (ayat 4).
c. Berfoya2 memuaskan hati seperti waktu penyembelihan (ayat 5).
d. Menghukum bahkan membunuh orang yang benar dan tidak berdaya (ayat 6).

Gereja sendiri mengalami tantangan seperti ini beberapa faktor yang menyebabkan adalah:
a. Sudah terjadinya penggolongan dari beberapa aspek seperti kaya-miskin, pengusaha-profesional, dsb sebelum orang2 menjadi percaya. Hal ini terbawa saat mereka menjadi percaya dan bergereja.
b. Sudah ada pandangan yang membeda2kan atau diskriminatif.
c. Kelakuan orang2 yang baru percaya yang masih dalam proses pengkudusan sehingga belum sepenuhnya mencerminkan kasih Kristus bahkan kepada saudara2 seiman.

Di gereja kita sendiri juga ada diskriminasi seperti ini akan tetapi teredam melalui kotbah dan persekutuan yang terus mengingatkan kita semua bagaimana seharusnya kita bersikap.

2. Di masa Yakobus, jemaat mula2 juga mengalami diskriminasi yang sama, seperti tertulis di Yak 2:1-9 bagaimana ornag kaya lebih dihargai daripada orang yang miskin. Padahal kita diperintahkan untuk tidak menghakimi.

Penyebabnya adalah dosa yang mengontrol hawa nafsu kita yang menyebabkan sengketa dan pertengkaran (Yak 4:1-2). Termasuk hal2 diskriminatif yang menyebakan perpecahan antar golongan di gereja. Tiap golongan mempunyai pandangan yang negatif satu sama lain, keyakinan akan ke-am-an (universalitas) gereja dilupakan.

3. Kesabaran yang dipakai di ayat 7,8 dan 10 diterjemahkan dari kata yunani "makrothumeo" yang berarti kesanggupan dalam menahan penderitaan, dalam bahasa Inggris diterjemahkan "longsuffering". Mungkin lebih tepatnya bisa diterjemahkan "lama untuk marah". Dalam PL digunakan untuk menunjukkan kesabaran Tuhan terhadap umatnya yang seharusnya pantas menerima hukuman.

Bagi mereka yang tertindas seharusnya mereka bersabar karena Tuhan sudah beranugerah dalam kehidupan mereka memberikan mereka hidup yang kekal. Padahal tanpa anugerah tersebut mereka pantas binasa. Seperti petani yang menantikan hujan musim semi awal tahun dan hujan musim gugur akhir tahun, begitulah kesabaran orang2 tertindas seharusnya.

4. Dalam menghadapi segala kesulitan dan penderitaan, sikap2 yang dianjurkan adalah:
a. Tidak bersungut-sungut dan saling menyalahkan (ayat 9).
b. Berkata apa adanya, jika ya ya, jika tidak tidak (ayat 12).
c. Berdoa saat sakit dan bernyanyi saat gembira (ayat 13).
d. Memanggil penatua untuk mendoakan (ayat 14).
e. Membawa orang dalam pertobatan (ayat 19-20).

Kesabaran yang dimaksud di sini bukan kesabaran yang pasif dan permisif. Memang kita tidak diperbolehkan untuk menghakimi. Tetapi bukan berarti kita membiarkan dan tidak melakukan apa2. Di Matius 7:1-12 Tuhan Yesus mengajarkan prinsip ini. Kita tidak boleh menghakimi, tetapi kita juga tidak boleh sembarangan memberikan hal berharga. Kesimpulannya kita harus memegang prinsip kasih yaitu mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. Ini adalah kalimat aktif yang menuntut perbuatan kepada sesama kita. Kita tidak bisa tinggal diam berpangku tangan dan memikirkan diri sendiri. Dengan prinsip ini berarti kita harus bersabar dengan aktif memikirkan apa yang terbaik untuk orang lain, seperti diri kita apabila dalam posisi yang sama.

5. Seperti yang sudah kita bahas di no 4, kita harus bersabar dengan orang lain dengan prinsip kasih. Sehingga pada saat kita melihat ketidakbenaran dan ketidakadilan di gereja dan masyarakat, kita tentu saja tidak tinggal diam. Firman Tuhan juga memerintahkan kita untuk:
a. Memimpin orang ke jalan yang benar (Gal 6:1).
b. Menegur saudara yang berbuat dosa (Mat 18:15-18).
c. Saling menasehati (Ibr 10:24-25).
d. Menegur seorang akan yang lain (Kolose 3:12-17).

Kenapa kita melakukan semua ini? Karena kita mengasihi saudara kita seperti diri kita sendiri. Kita tidak mau dia terjerumus dalam kesesatan dan pelanggaran. Kita bukan melakukannya karena kita serta merta menghakimi. Kita memikirkan apa yang terbaik untuk dia.

Hal ini tidaklah mudah dan perlu hikmat dari Tuhan dan kita perlu mencontoh ketekunan (Yun: "hupomone") para nabi yang meskipun dalam kesusahan (contoh: Ayub) tapi tetap menjalaninya dengan pengharapan.

Jumat, 12 Agustus 2016

Bab 8 - Kelemahlembutan

Mat 11:29 - "Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."

Latar Belakang
Kata lemah lembut dalam bahasa Yunani adalah "praus", kata ini mengandung 2 unsur:
1. Marah pada saat yang tepat.
2. Rendah hati, sikap yang tunduk pada Allah.

Observe (Mat 21:12-17)
Topik tentang Yesus menyucikan Bait Allah ini dicatat di keempat Injil dengan sudut pandang yang berbeda, tetapi saling melengkapi. Ini sekali lagi membuktikan bahwa kita Injil bukan merupakan rekayasa, tetapi nyata tulisan saksi mata dari suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu.

1. Secara umum orang yang lemah lembut digambarkan sebagai orang yang rendah hati, sabar, tidak menyukai kekerasan, baik, pasif, lemah, dsb.

Interpret
2. Di ayat 12 saat Yesus masuk ke Bait Allah, Dia:
a. Mengusir semua orang yang berjualbeli di halaman Bait Allah.
b. Membalikkan (Yun: "katastrepho"artinya merusak) meja2 penukar uang dan bangku2 pedagang merpati.

Yesus melakukan ini karena mereka telah mencemari rumah Allah yang seharusnya menjadi rumah doa. Mereka ini bahkan disebut "penyamun" (Yun:"lestes" artinya perampok atau pemberontak), karena mereka ini merampok orang-orang miskin. Pada saat itu apabila tidak punya uang, seseorang bisa mempersembahkan 2 syikal (standar ditentukan oleh timbangan kudus) dan sepasang burung merpati untuk korban. Para imam kepala dan pedagang bekerjasama untuk memperoleh keuntungan besar dari menjual syikal dan burung merpati ini untuk diri mereka sendiri. Dengan demikian memberatkan orang2 miskin.

3. Perlakuan Yesus sangat berbeda ketika orang2 buta dan timpang datang, Dia menyembuhkan mereka. Yesus melakukan ini karena:
a. Karakter Yesus yang lemah lembut dan kasih.
b. Memberikan kemuliaan bagi Allah (15-16).
c. Tanda2 yang menyertai datangnya Juruselamat (Luk 7:22).

4. Tuhan Yesus datang untuk orang yang sakit, bukan orang yang sehat. Sikap Yesus yang penuh kelemahlembutan kepada orang2 yang membutuhkan kasihNya dikontraskan dengan sikap Yesus yang penuh ketegasan dan menegur para imam kepada, ahli Taurat dan pedagang2. Karena Yesus tahu bahwa para imam dan ahli Taurat ini adalah orang2 yang mengerti tentang ajaran Musa dan seharusnya mereka menjadi teladan dalam melakukan perintah Allah. Tetapi ternyata mereka malah berlaku munafik dan mencari keuntungan sendiri, bukan memuliakan Tuhan.Kelemahlembutan Yesus bukan karakter yang lemah, tetapi juga karakter yang adil dan tegas.

5. Para imam kepala dan ahli Taurat sangat jengkel dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Bagi mereka hal itu tidak sepatutnya dan Yesus juga tidak pantas menerima pujian dari anak2 (ay 15). Waktu Tuhan Yesus ditanya tentang pujian tersebut, Dia malah mengutip dari Maz 8:3 dimana Allah dimuliakan dan musuh2 dibungkam. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menerima pujian yang untuk Allah tersebut dan mengkonfirmasi bahwa Dia ada juruselamat (Anak Daud).

Apply
 6. Cara kita untuk mempunyai karakter lemah lembut seperti Yesus:
a. Bersandar pada pimpinan Roh Kudus untuk senantiasa mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan Allah melalui Firman Tuhan, Doa, persekutuan dan melakukan perintah2Nya.
b. Mempunyai lingkungan pergaulan yang baik dengan orang2 percaya, sehingga kita terus diperbaiki bukan makin rusak (1 Kor 15:33).
c. Meneladani Tuhan Yesus.


Jumat, 29 Juli 2016

Bab 7 - Kejujuran

Amsal 11:3 - "Orang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya"

Latar Belakang
- Diperkirakan Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 62 SM dan merupakan kitab kedua yang ditulis oleh Lukas untuk Teofilus. Tujuannya untuk memberikan kesaksian tentang apa yang telah didengar oleh Teofilus mengenai Yesus dan jemaat mula-mula.
- Saat itu cara hidup jemaat mula-mula ditulis: sehati dan sejiwa, segala sesuatu milik bersama, hidup dalam kasih karunia melimpah dan tidak ada yang kekurangan.
- Yang punya tanah atau rumah tidak segan-segan menjual miliknya untuk membantu jemaat yang kekurangan.
- Kata jujur yang dipakai dalam pembahasan ini adalah "Aletheia" yang diterjemahkan kejujuran atau kesetiaan. Kata sifat "alethes" selain berarti jujur juga diterjemahkan tulus dan dapat dipercaya. Sehingga bisa disimpulkan kejujuran yang dimaksud adalah kejujuran yang penuh integritas (tulus dari hati dan dapat dipercaya).
- Kata ini dipakai di banyak tempat di PB misalnya saat Yesus berkata "sesungguhnya" di Luk 9:27, 12:44 dan Luk 21:3 atau Luk 4:25 kata "benar" memakai kata Yunani ini. Sedang di Matius digunakan di Mat 22:16 untuk kata "jujur".

PA PERIKOP KIS 4:36 - 5:11

1. Seringkali kita tergoda untuk berbuat tidak jujur saat ingin melindungi reputasi, harga diri, orang yang kita kasihi atau sesuatu yang melibatkan jumlah uang yang banyak.

2. Perbedaan antara Barnabas dan Ananias  &Safira
             
BarnabasAnanias & Safira
Memberi semua dengan rela
Tidak rela memberi semua
Memberi semua hasil penjualan
Menahan sebagian
Jujur
Berdusta

Ketidak jujuran Ananias dan Safira terletak pada:
a. Menahan sebagian dari hasil penjualan (meskipun tidak tercatat, kemungkinan besar, dari perikop ini, mereka berjanji untuk memberikan semuanya).
b. Safira yang diberi kesempatan oleh Petrus terang-terangan berdusta di depan Petrus (ay 8).

Motivasi mereka:
a. Supaya terlihat baik, murah hati dan dipuji.
b. Cinta uang sehingga tidak rela memberi semua hasil penjualan.

Menarik sekali penulis Septuaginta LXX memakai kata Yunani yang sama untuk "menahan sebagian" ("nosphizomai") dengan kata "mengambil/mencuri" di Yos 7:1 pada peristiwa Akhan. Waktu itu Akhan mencuri barang yang dikhususkan untuk Allah yang menyebabkan kekalahan bangsa Israel melawan Ai. Karena itu akhirnya Akhan dan seluruh keluarga dan miliknya dimusnahkan. Ini menunjukkan keseriusan kesalah Ananias dan Safira.

Akar dari ketidakjujuran ini adalah "hati yang dikuasai Iblis" (ay 3). Dengan kata lain hawa nafsu atau kedagingan, Yak 4:1-4 menggambarkan betapa hawa nafsu itu adalah penyebab pertengkaran dan perselisihan dalam gereja. Ini membuat respons yang tepat diperlukan dalam menghadapi kasus ini.

3. Petrus menilai tindakan Ananias dan Safira:
a. Mendustai Roh Kudus
b. Mendustai Allah
c. Mencobai Roh Kudus

Akibatnya keduanya mati. Allah menghukum dengan keras karena:
a. Allah mengkuduskan/menyucikan umat pilihanNya (1 Pet 1:14-15). Karena Allah itu kudus tidak mungkin bisa bersekutu dengan yang tidak kudus. Penghukuman keras ini juga terjadi di PL contoh yang di Yos 7:1, juga di Kel 32:28 3000 orang Israel mati karena membuat berhala anak lembu emas, ada lagi di Bil 25:9 saat bangsa Israel memperistri wanita Moab dan menyembah Baal Peor 24.000 orang Israel mati kena tulah.
b. Mengkonfirmasi otoritas yang diberikan oleh Tuhan kepada para Rasul, seperti tercatat di Mat 16:18-19 di mana Tuhan Yesus mengatakan Petrus sebagai batu karang dan di atasnya gereja didirikan. Dengan demikian jemaat tidak sembarangan mempermainkan para Rasul.
c. Bentuk pendisiplinan bagi orang percaya, sekaligus peringatan. Kata-kata "maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat" ditulis 2x di ay 5 dan 11 merupakan penekanan. Kata "takut" di sini adalah "phobos" adalah ketakutan yang karena segan pada Allah dan hormat pada para Rasul.

Catatan: Lukas saat menulis kedua kitabnya tidak mungkin memasukkan semua kejadian-kejadian jadi kemungkinan peristiwa seperti Ananias dan Safira bukan satu-satunya. Lukas kemungkinan memasukkan ini sebagai contoh untuk peringatan bagi kita orang percaya.

Apakah Allah terlalu keras? kalau kita pahami alasan di atas kita bisa yakin bahwa Allah bertindak dengan tepat sekali, karena apabila tidak maka jemaat mula-mula tidak akan mempunyai dasar yang kuat dan gampang hancur.

Di Roma 8:1 Paulus menulis bahwa tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya. Ibr 12:7-8 menulis bahwa Allah mendisplinkan ("mengganjar") anak-anakNya. Jadi bagi orang percaya dalam anugerah kasih karunia akan tetap mengalam pendisiplinan, bukan hukuman. Dan kita bisa percaya bahwa Tuhan tidak akan menguji kita melebihi kekuatan kita (1 Kor 10:13).

4. Kita bisa mengembangkan karakter jujur yang tulus penuh integritas dan membangun saudara-saudara seiman dengan 3 langkah ini:
a. Menerima Kristus sebagai Juruselamat (Ef 1:13) - Roh Kudus menjadi jaminan kita. Dan kita dibenarkan oleh Kristus (Rom 5:1) - bukan karena siapa kita atau apa yang kita perbuat.
b. Hidup oleh Roh (Gal 5:16) sehingga menjadi manusia baru (2 Kor 5:17).
c. Ikut dalam persekutuan dalam tubuh Kristus (Ibr 10:24-25).

Jumat, 03 Juni 2016

Bab 6 - Suka Berbuat Baik

Ayat hafalan
Gal 6:9-10 : "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."

OBSERVE
Latar belakang
Surat Galatia ini ditulis oleh Rasul Paulus sekitar tahun 48-49, pada saat itu terjadi pertentangan antara guru Yahudi yang memegang erat hukum taurat PL dan rasul Paulus yang memegang teguh kehidupan rohani yang bersumber dari iman yang tertuju pada Tuhan Yesus. Jadi pada saat itu guru Yahudi ini mengharuskan orang Kristen untuk mengikuti hukum taurat karena kalau mereka tidak mengikuti maka mereka tidak akan diselamatkan. Tetapi rasul Paulus menentang hal tersebut dan mengatakan bahwa keselamatan ada karena adanya kasih karunia oleh iman kepada Kristus.

Ada 2 pandangan yang menarik tentang Hukum Taurat:
Menurut pandangan Martin Luther ada 2 fungsi dari Hukum Taurat.
1. Hukum Taurat membuat kita sadar kita tidak bisa
menyelamatkan diri kita sendiri, kita memerlukan Juru Selamat
yaitu Tuhan Yesus Kristus.
2. Taurat membuat manusia takut berbuat dosa

Menurut pandangan Calvin Taurat adalah:
1. Penuntun orang Kristen sampai Kristus datang ke 2 kali.
2. Kristus adalah penggenap dari Taurat

Pandangan ke dua tokoh ini sama baiknya, kalau dalam pengertian Luther adalah sebagai penghakiman dan kalau dalam pengertian Calvin sebagai pembimbing.

Surat Galatia ini juga sering disebut Luther’s Book karena Martin Luther mengandalkan surat Galatia ini di dalam mengajar, menulis dan berkotbah. Bahkan surat Galatia disebutnya “my Katie Von Bora” (istri Martin Luther) dan merupakan salah satu pegangan Martin Luther di dalam reformasi pada saat itu.

Surat Galatia ini juga disebut magna charta of Christian liberty secara garis besar ini adalah pesan untuk kebebasan manusia karena manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa melalui pertolongan dari Tuhan Yesus yang telah menggenapi Hukum Taurat dengan mati di kayu salib dan bangkit di hari ke 3.

Demikian sedikit background tentang surat Galatia, tema kita hari ini adalah suka berbuat baik.

Baca Galatia 6:1-10 dengan teliti

INTERPRET
  1. Kita harus memimpin saudara kita ke jalan yang benar dengan lemah lembut, sambil menjaga diri kita supaya tidak kena pencobaan. Kata memimpin dalam bahasa Yunani nya adalah "katartizo" yang berarti memperbaiki/memulihkan, seperti seorang dokter memperbaiki patah tulang supaya berfungsi seperti semula. Di Matius 18:15-17 Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang menasehati sesama saudara:
    1. Tegur 4 mata. Jika tidak mendengarkan,
    2. Bawa 1 atau 2 orang sebagai saksi. Jika tidak mendengarkan,
    3. Sampaikan kepada jemaat. Jika tidak mendengarkan,
    4. Pandang sebagai orang tidak percaya.

Tidak mudah untuk melakukannya, karena bukan hanya saat seseorang sudah kedapatan melakukan pelanggaran, tetapi saat kita tahu hal baik tetapi tidak melakukan, kita sudah berdosa (Yak 4:17).

Saat kita membawa kembali saudara kita yang tersesat, kita memenuhi hukum Kristus tentang kasih (Yoh 13:34-35). Karena hal ini merupakan perwujudan dari iman kepada Kristus.

Hal yang harus kita waspadai saat menolong orang lain adl:
  1. Menjaga diri jangan sampai kita kena pencobaan (ay 1)
  2. Saling membantu dalam menanggung beban, tidak egois (ay 2-3)
  3. Menguji pekerjaan sendiri (ay 4)
  4. Tiap2 orang memikul tanggungannya sendiri (ay 5) -> saat hari penghakiman

Kita cenderung membandingkan kondisi kita dengan orang lain, karena kita merasa diri kita lebih berarti, lebih benar, lebih pintar dsb daripada orang itu. Seharusnya kita melakukan evaluasi terhadap diri kita sendiri dan bercermin tentang kondisi kita dulu.

Apabila kita mengingat kasih karunia Tuhan, kita akan sadar bagaimana kita ini sebenarnya manusia yang bobrok yang seharusnya mendapatkan hukuman kekal. Respons kita seharusnya:
  1. Bersyukur atas anugrah Tuhan.
  2. Hidup berkenan pada Tuhan
Raja Daud saat anaknya Absalom memberontak menulis: "Selidikilah aku, ya Tuhan, uji hatiku".

  1. Berbagi dengan orang yang mengajar Firman:
    1. Prinsip pemuridan: estafet dan mencegah pengajaran sesat.
    2. Prinsip pemeliharaan untuk hamba Tuhan.
    3. Prinsip menghormati hamba Tuhan.

  1. Prinsip keadilan Tuhan. Sifat Tuhan yang paling sering kita dengar adalah Maha Kasih dan Maha Kuasa, tetapi Tuhan juga Maha Adil. Tuhan tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Contoh: Ananias dan Safira. Memang dalam Roma 8:1 ditulis bahwa tidak ada penghukuman ("condemnation") bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Tetapi Tuhan tetap mendisiplinkan umatNya melalui ujian-ujian dalam hidup ini, contoh: 2 Kor 1:9, Gal 2:11-14, dsb.

  1. Kita menerima reward pada waktunya, jika kita tidak menjadi lemah (menyerah).
    1. Kita menajaga diri kita dari pencobaan.
    2. Kita tidak mementingkan diri kita sendiri.
Maksud tidak menjadi lemah di sini adalah tidak jatuh dalam kedagingan kita, dengan demikian kita harus hidup oleh Roh Kudus, berjalan dengan Roh Kudus dan dipimpin oleh Roh Kudus (Gal 5: 16-26).

Kata baik di ayat 9 dalam bahasa Yunani "kalos" artinya "baik (dari dalam keluar), indah" sesuatu yang terlihat. Sedangkan di ayat 10 kata aslinya "agathos" artinya "baik, bermanfaat". Sangat menarik saat Paulus menggunakan kedua kata ini dalam kalimat yang berurutan. Paulus ingin menekankan dalam berbuat baik kita juga harus dengan sadar memikirkan perbuatan baik yang bermanfaat, bukan yang sia-sia.

APPLY

  1. Yang membuat kita menunda berbuat baik:
    1. Keterbatasan waktu.
    2. Kemalasan.
    3. Berpikir ada kesempatan lagi.
    4. Kuatir dimanfaatkan.
    5. Pengalaman buruk saat membantu orang lain.

Secara duniawi, berbuat baik kepada orang yang lebih kaya atau atasan kita lebih mudah karena bisa membawa manfaat bagi diri kita sendiri. Sedangkan kepada orang miskin atau bawahan, tidak ada.


  1. Ringkasan perbuatan baik:
    1. Memimpin orang dalam kebenaran.
    2. Saling menolong menanggung beban.
    3. Tidak mementingkan diri sendiri.
    4. Berbagi berkat.
    5. Menghormati Allah.
    6. Mengajar dan menerima pengajaran.

Kamis, 12 Mei 2016

Bab 5 - Ketekunan

Ibrani 10:36 - "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."

PA Ibrani 10:32-39

Observe:
Baca perikop di atas, dan ayat pendukung: Habakkuk 2:3-4.
Pelajari latar belakang kitab Ibrani dan Habakkuk.

Interpret:

  1. Di ayat 32 ditulis bahwa "mereka" menderita sesudah menerima terang (Injil Kristus). Siapakah "mereka" ini? Yang pasti mereka adalah orang2 Yahudi, karena dari penulisan Kitab Ibrani banyak kutipan dari PL yang sangat familiar bagi orang2 Yahudi. Dan keterangan bahwa mereka menerima terang berarti mereka orang Yahudi yang bertobat dan menerima Kristus. Tetapi orang2 Yahudi di mana? Kalau dari penulisan kitab Ibrani yang sangat baik bahasa dan struktur Yunaninya, kemungkinan besar penulis menujukan kepada orang2 Yahudi Kristen yang di luar wilayah Yudea, karena mereka lebih  familiar dengan struktur dan kosakata bahasa Yunani yang baik. Kalau kita lihat dari 3x perjalanan misi Paulus dari tahun 46-58M, kejadian penderitaan ini mungkin terjadi saat pemerintahan Kaisar Nero. Mereka ini menderita karena iman mereka kepada Kristus, mereka dianiaya secara fisik dan dicerca. Ditulis juga mereka juga mengambil bagian dalam penderitaan orang2 hukuman. Bahkan harta mereka juga dirampas.
  2. Di masa lalu, saat mereka baru terima Kristus, ditulis mereka menerima penderitaan itu dengan sukacita karena mereka memiliki harta yang kekal. Menarik sekali di sini penulis mengingatkan, berarti saat itu jemaat Kristen mula2 ini mengalami penurunan kehidupan rohani. Penulis bahkan mengingatkan supaya mereka tidak meninggalkan keyakinan mereka mula2. Seperti sikap mula2 jemaat ini, kita harus bisa bersandar pada Tuhan dan menerima ujian dalam bentuk penderitaan ini dengan sukacita.
  3. Mereka memerlukan ketekunan supaya tetap tidak melepaskan kepercayaan mereka (35-36). Untuk memperoleh upah besar yang dijanjikan Tuhan yaitu hidup yang kekal. Ketekunan dalam bahasa Yunani: "Hupomome" yang berarti kesabaran, ketabahan, kukuh, menanti. Tentunya dengan menyertakan Tuhan dalam segala hal.
  4. Ujian terhadap Iman menghasilkan ketekunan (Yak 1:3-4) dan ketekunan menghasilkan tahan uji dan tahan uji menghasilkan pengharapan (Rom 5:4). Iman adalah anugerah dari Tuhan, apabila kita hidup oleh iman, maka kita punya keyakinan akan memperoleh hidup yang kekal dan akan dimuliakan bersama2 dengan Kristus pada saat kedatangan Tuhan Yesus. Dengan pengharapan ini, kita terus dikuatkan dalam menghadapi penderitaan kita di dunia ini.
  5. Bahwa kita orang percaya harus terus bertekun oleh iman dalam melakukan kehendak Tuhan, sehingga kita memperoleh hidup kekal yang sudah dijanjikan. Dalam kitab yang ditulis nabi Habakkuk (artinya:"bergumul"), nabi ini mempertanyakan keadilan Tuhan pada mulanya, karena Tuhan memakai orang Kasdim yang barbar untuk mendatangkan penderitaan bagi orang Israel. Tetapi Tuhan menjawab dengan memberikan pengharapan akan kedatanganNya yang akan menyudahi semua ini. Nabi Habakkuk akhirnya percaya dan memuji Tuhan. Penulis Ibrani memberi contoh ini supaya bangsa Yahudi yang sudah percaya ini meneladai Habakkuk dan mengingatkan mereka akan janji Tuhan.
  6. Secara manusiawi kita memerlukan ketekunan dalam hal:
    1. Kemalasan: begitu banyak me-time yang kita punya dan kita gunakan untuk hal2 yang sia2 seperti main games atau nonton berlebihan. Padahal bisa kita gunakan untuk membangun relasi kita dengan Tuhan.
    2. Kenyamanan: rasanya enak hidup nyaman, tetapi dalam kenyamanan ini kita bisa terbawa arus makin jauh dari Tuhan.
    3. Status supaya terlihat baik: kalau kita pengurus gereja, kita mau terlihat baik, sehingga terjebak dalam kemunafikkan.

Jumat, 29 April 2016

Bab 4 - Kesetiaan

OBSERVE
BACA PERIKOP RUT 1:1-22
AYAT2 PENDUKUNG:
Kel 3:8, Ul 11:16-17, Kej 41:52,Hak 21:25, Hak 6,Kel 22:22-23, Ul 10:18, Hak 2:10-23

Ayat hafalan Maz 89:2 - "Sebab kasih setiamu dibagun untuk selama-lamanya, kesetiaanMu tegak seperti langit."

INTERPRET
LATAR BELAKANG:
(Lihat peta PL)
1. Di jaman hakim2, bangsa Israel berbuat apa saja yang benar menurut pandangan mereka, keadaan kacau dan ada krisis spiritualitas. Seorang dari Betlehem Yehuda bernama Elimelek (artinya: Allahku Rajaku) bersama istrinya Naomi (artinya: kesukaanku) dan dua anaknya yaitu Malhon dan Kilyon, meninggalkan tempat yang dijanjikan Allah ke daerah Moab dan menetap di sana sebagai orang asing. Hal ini disebabkan karena ada kelaparan di tanah Israel (1:1).

2. Yang menarik di Kel 3:8 Allah menjanjikan suatu negeri yang berlimpah susu dan madu. Akan tetapi yang dialami bangsa Israel di perikop ini malah sebaliknya. Hal ini terjadi karena bangsa Israel tidak taat pada Tuhan, sehingga Tuhan tidak menghalau bangsa2 di tanah itu, malah menjadi musuh Israel. Selain itu yang lebih parah bangsa Israel terjerat oleh allah2 bangsa lain itu (Hak 2:1-3). Allah adil dalam hal ini, sebelum Dia menghukum Dia sudah memperingati bangsa Israel (Ul 11:16-17).

3. Bangsa Moab sendiri tidak asing bagi bangsa Israel. Moab adalah anak Lot, keponakan Abraham, sehingga dari sejarahnya masih ada hubungan saudara. Selain itu bahasanya sangat mirip dengan bahasa Ibrani, cuma beda dialek. Sehingga tentu saja sangat mudah untuk Elimelek sekeluarga beradaptasi di sana.

JAWABAN UNTUK PERTANYAAN2
1. Hal utama yang menyebabkan perpindahan mereka adalah karena adanya kelaparan di tanah Israel. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya hal2 lain yang menjadi alasan. Saat itu bangsa Israel dalam krisis spiritualitas, mereka melakukan apa saja yang benar menurut pandangan mereka sendiri (Hak 21:25), padahal Tuhan dengan spesifik memperingati supaya mereka tidak seperti itu (Ul 12:8). Selain itu kalau kita baca kisa Gideon di Hak 6, keadaan di tanah Israel juga kacau, ditindas oleh bangsa2 lain seperti Midian dan Amalek, mereka tidak bisa menuai hasil tanah yang mereka tabur dengan kerja keras.
Indonesia juga mengalami krisis yang mirip seperti ini, di mana banyak orang meninggalkan Indonesia pindah ke negara lain. Apabila Tuhan memang memanggil kita untuk melayani bangsa ini, kita harus tetap setia pada panggilan itu. Ditulis bahwa Elimelek menetap di tanah Moab "sebagai orang asing", ini berarti dia merencanakan kembali ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Jadi kalau karena ada situasi yang membuat kita pergi dari tanah yang dijanjikan Tuhan, bila Tuhan mengijinkan kita tetap harus mengikuti panggilan Tuhan supaya kita kembali melayani di sana.

2. Setelah kematian suami dan kedua anaknya, Naomi mendengar bahwa Tuhan memperhatikan dan memberi makan bangsa Israel. Sehingga dia berkemas bersama kedua menantunya, Orpa dan Rut, kembali menuju ke Israel. Di tengah perjalanan, Naomi:
- Menyuruh mereka pulang ke rumah ibu masing2
-Memberkati mereka dengan nama Tuhan
- Mencium mereka

3. Naomi merasa:
- Tidak bisa memberikan apa2 lagi kepada Orpa dan Rut.
- Sudah terlalu tua untuk bersuami, sebagai seorang janda tidak ada harapan untuk mendapat pendapatan tetap atau suami (karena umurnya sudah cukup tua).
- mengalami kepahitan yang lebih daripada menantu2nya.
Hidup seorang janda pada saat itu sangat susah, meskipun mereka diperbolehkan menikah lagi, tapi apabila sudah terlalu tua maka hidupnya tergantung belas kasihan orang lain. Karena itu Tuhan sangat memperhatikan janda2 (Kel22:22-23, Ul 10:18).

Naomi masih berharap kepada Tuhan, karena:
a. Dia memberkati Orpa dan Rut dalam nama Tuhan.
b. Dia kembali ke tanah Yehuda karena Allah memperhatikan bangsa Israel.
Tindakan Naomi menyuruh menantunya pulang ke ibu masing2 merupakan tindakan logis, bayangkan 3 orang janda, 1 orang Israel yang sudah lama tdk pulang dan 2 janda orang asing, apa harapan mereka di tanah Yehuda? Tapi bisa juga karena Naomi tidak mau mereka menjadi bebannya.

4. Meskipun awalnya Orpa tidak mau pergi dan menangis, tetapi akhirnya dia pergi juga.Sebagai janda orang Moab yang masih cukup muda, dia masih bisa menikah lagi dan mempunyai hidup yang lumayan. Dari perikop ini, penulis ingin mengkontraskan tindakan Orpa dan Rut, meskipun secara logis Orpa tidak salah, tetapi Rut menunjukkan kesetiaan yang luar biasa di luar nalar.

Kalau kita selidiki lagi, sebagai seorang Efrata, Elimelek dan Naomi, adalah keturunan orang yang berada dan terpandang (keturunan Yusuf Kej 41:52), selain itu mereka juga sama2 pernah mendengar hukum Taurat yang diberikan Musa kepada bangsa Israel. Kemungkinan besar Orpa dan Rut pernah mendengar Naomi mengajarkan tentang Tuhan kepada kedua anaknya. Selain itu kejadian Allah membawa keluar bangsa Israel dari Mesir merupakan kejadian yang menghebohkan pada jaman itu sampai membuat bangsa2 takut kepada bangsa Israel, Orpa dan Rut pasti pernah mendengar cerita yang luar biasa itu. Dengan demikian tindakan Naomi merupakan langkah iman. Secara logika tidak logis, tetapi iman itu membuahkan kesetiaan, sehingga dia berkata kepada Naomi: Allahmulah Allahku (1:16-18, 2:11).

APPLY
5. Kita harus mencontoh langkah iman yang dilakukan oleh Rut, dia beriman dan patuh kepada panggilannya. Akhirnya dia menikah dengan Boas dan melahirkan Obed yang merupakan kakek raja Daud yang dari keturunannya melahirkan Yesus Kristus.
Alah selalu setia pada umatNya, meskipun bangsa Israel bebal dan seringkali mengecewakan Allah. Tuhan tetap setia pada janjiNya (Hak 2:10-23). Allah juga adil, setelah memberi perintah, Dia memperingati, kalau masih bebal, Dia akan menghukum. Tetapi Allah akan tetap setia memenuhi janjiNya.

6. Hal2 yang membuat kesetiaan kita goyah:
a. Kesengsaraan/penderitaan.
b. Hidup dalam kekurangan.
c. Pencobaan yang besar.
d. Terbelenggu dosa.
e. Kenyamanan hidup.
f. Konflik dengan orang2 di sekeliling kita.
g. Salah mengerti janji Tuhan sehingga memaksa Tuhan untuk memberikan (eg. minta berkat materi untuk diri sendiri).

7. Kita bisa tetap menjaga iman dan kesetiaan kita dengan mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan, mengenal Tuhan kita dengan lebih baik lagi. Sebenarnya upah kita sebagai orang percaya selain hidup yang kekal, ada yang bisa kita rasakan saat ini (Mark 10:28-31). Tuhan Allah akan memelihara kita sehingga kita tidak pernah kekurangan, kita bisa hidup mencukupkan diri kita. Selebihnya kita gunakan untuk membantu orang2 yang kekurangan. Apabila Tuhan memberikan berkat baik dalam bentuk kepintaran atau kekayaan, pasti Tuhan punya rencana supaya kita menggunakan berkat itu untuk menjadi berkat bagi pekerjaan Tuhan. Karena kita adalah garam dan terang dunia.

Bab 3 - Kekudusan

Ayat hafalan 1 Pet 1:15-16

A. LATAR BELAKANG
1. Kitab ini ditulis oleh Rasul Petrus dengan bantuan Silas (Yun: Silwanus) untuk orang2 percaya yang tersebar di sekitar Asia Kecil.
2. Kemungkinan orang2 percaya ini adalah orang2 yg datang ke Yerusalem saat Pentakosta.
3. Kata "pendatang" (Yun: "parepidemos") selain berarti orang2 dalam perantauan juga bisa berarti "penduduk sementara" seperti di ayat 7. Bagi orang2 percaya dunia adalah tempat sementara, Rasul Yohanes menulis di Wahyu 21 bahwa akan ada Langit dan Bumi baru bahkan Yerusalem baru.
4. Kondisi orang2 percaya saat itu sedang berdukacita menghadapi pencobaan, tetapi Rasul Petrus mengingatkan kembali akan pengharapan, iman dan keselamatan yang telah mereka terima dari Kristus.

B. KEKUDUSAN 1 PET 1:13-25
1. Kaitan antara perikop ayat 3-12 yang memberitakan sukacita Injil dalam penderitaan orang2 percaya dengan ayat 13-14 adalah suatu ajakan untuk bersiap sedia (Yun: "anazonnumi"="mengikat pinggang spy bs bergegas") dan waspada (Yun: "nepho"="sadar/tidak mabuk"). Yang harus disiapkan adalah akal budi (Yun:"dianoia"="hati dan pikiran"). Jadi maksudnya, meskipun kita sudah menerima keselamatan, kita harus terus siap sedia berjaga2 untuk terus mengejar kekudusan dalam hidup kita. Caranya hanya dengan bersandar pada kasih karunia Tuhan. Kekudusan adalah suatu proses jangka panjang yang harus dilalui oleh orang2 percaya.
* Penderitaan dan kesulitan yang mendera orang2 percaya bisa melemahkan sementara saja. Ini bisa membuat hidup kita berantakan dan kacau. Tetapi firman Tuhan di 1 Kor 10:13 menjanjikan jalan keluar bagi kita yang sedang dalam pencobaan. Jadi kita harus terus berdoa untuk meminta kekuatan dari Tuhan dan hidup dalam komunitas yang membangun kita secara rohani.
* Pengharapan dalam Kristus tetap membuat kita mampu hidup kudus dengan menyadari bahwa:
a. Semua penderitaan ini adalah sementara, kita mempunyai pengharapan yang kekal untuk menerima keselamatan (ay 3-5).
b. Tuhan akan memelihara dan menguatkan kita (ay 5).
c. Penderitaan ini adalah ujian bagi iman kita (ay 7).
d. Kita memperoleh pahala kekal: puji2an, kemuliaan dan kehormatan (ay 7).
e. Penderitaan ini merupakan karunia (2:19-21) teladan dari Kristus.

2. Konsep hidup kudus berkaitan dengan Paskah pertama di Kel 12:11 di mana bangsa Israel harus menyembelih anak domba jantan tidak bercela, mengusapkan darahnya pada kedua tiang dan ambang atas. Setelah itu dagingnya harus dipanggang dan dimakan dengan roti tidak beragi dan sayur pahit, dengan mengikat pinggang (bergegas). Karena malam itu Tuhan akan menulahi seluruh Mesir sehingga semua anak sulung manusia dan hewan mati. Hanya bangsa Israel yang selamat karena darah anak domba itu. Kita orang percaya harus senantiasa siap dan waspada menjaga kekudusan karena hari penghakiman yang datang dengan tidak terduga.
Setelah itu Allah memberi perintah untuk bangsa Israel sebagai bangsa yang sudah dikhususkan bagi Allah, kudus (Ibr:"Qodesh"=keterpisahan). Salah satunya dengan memberitahukan binatang yang haram dan tidak haram (Im 11:44-45). Sehingga arti kudus adalah dikhususkan untuk Tuhan dan melakukan segal sesuatu yang diperintahkanNya.

* Di Kel 24:3-8 Musa mempersembahkan korban bakaran dan keselamatan untuk bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Hal ini digenapi dala kematian Kristus di kayu salib, dimana kita ditebus dengan darah yang mahal, darah Anak Domba yang sempurna (ay 19). Sehingga kita tidak lagi perlu melakukan ritual persembahan korban seperti di PL. Pengorbanan Yesus memberikan pendamaian antara Allah dan manusia (tirai Bait Suci terbelah menjadi dua) tidak ada lagi pembatas antara ruang kudus dan ruang maha kudus. Kita bisa datang kepada Allah dan memanggil Bapa (ay 17). Dengan demikian kita adalah anak2Nya, dengan demikian kita harus hidup kudus seperti Bapa kita kudus. Karena tidak mungkin yang kudus bercampur dengan yang tidak kudus. Kita menjadi anak2 Allah bukan karena perbuatan kita atau siapa kita tetapi karena Kristus yang telah mengorbankan diriNya untuk kita.

3. Ay 22-23 menunjukkan bahwa kekudusan itu bersifat relasional. Dengan hidup kudus kita mengasihi sesama kita dengan sungguh2 dan tulus ikhlas, bukan karena ritual atau tradisi atau kemunafikan atau supaya dipuji orang.
Orang2 Farisi adalah orang2 yang berusaha mentaati hukum Taurat (ada total 613 hukum dan peraturan yang tertulis, belum yang lisan). Akan tetapi mereka munafik, karena dari luar mereka terlihat patuh padahal sesungguhnya mereka ingin dipuji (Mat 6:1-18), mengambil untung untuk diri sendiri (Mat 15:4-6) dan bebal (Mat 16:1-4).

Apa yang diajarkan Rasul Petrus adalah kekudusan yang relasional, kasih kepada sesama seperti kepada diri sendiri (Mat 22:39).

* Dengan demikian seharusnya kekudusan orang Kristen bisa berdampak kepada orang2 di sekitarnya. Karena seperti terang dalam kegelapan, pasti sangat kontras. Kita adalah garam dan terang:
a. Berbeda dalam arti positif dari orang2 dunia.
b. Mengawetkan yang baik supaya tidak busuk.
c. Tidak kompromi dengan kebejatan dunia.
d. Mengubah menjadi lebih baik.
Eg. Ahok.

4. Sebagai orang yang seharusnya menerima hukuman mati kekal dan bobrok saya sangat bersyukur untuk pengorbanan Kristus di kayu salib. Sehingga hidup yang saya jalani bukan lagi sebagai manusia yg lama, tetapi sbg manusia baru. Di mana hidup adalah Kristus. Saya mau memakai semua yang saya punya tenaga, pikiran, hati, dana, aset untuk kepentingan pelayanan bagi Tuhan.

Kerinduan untuk hidup kudus memerlukan kepekaan kepada pimpinan Roh Kudus. Karena kecenderungan hati manusia adalah jahat, lebih rindu untuk hidup enak dan mencintai dunia. Karena itu kita perlu mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan, supaya hari demi hari kita dimurnikan dan menjadi kudus.

Bab 2 - Kerendahan Hati

PA Filipi 2:2-11

Latar Belakang:
Kitab Filipi dikenal sebagai kitab sukacita (4:4), hal ini menarik sekali karena saat menulis kitab ini Paulus sedang di penjara, tetapi Paulus masih meminta supaya jemaat Filipi bersukacita. Hubungan Paulus sangat dekat dengan jemaat ini sampai merindukan mereka (1:1,8). Paulus merasa perlu menceritakan keadaannya di penjara, bahwa meskipun di penjara dia tetap bisa memberitakan Injil (1:12). Paulus juga akan mengutus Timotius untuk memberitahu tentang perkaranya kepada jemaat Filipi (2:23). Paulus juga memberikan beberapa nasehat yaitu supaya mereka tetap melayani dengan sungguh2 (bahkan dalam penderitaan), supaya bersatu hati, merendahkan hati dan berhati2 supaya jangan terseret ke keduniawian. Paulus meminta mereka mengikuti teladannya. Jemaat Filipi sendiri telah membantu Paulus beberapa kali (4:16), ini menunjukkan betapa mereka peduli kepada Paulus dan pelayannya. Terakhir mereka mengirim Epafroditus untuk membawa bantuan untuk Paulus yang di penjara. Paulus juga akan mengirim Epafroditus kembali ke Filipi supaya mereka bisa bersukacita. Walaupun jemaat Filipi terkesan cukup baik, tetapi diantara rekan2 sepelayanan juga ada perselisihan, antara Euodia dan Sintikhe (4:2-3) di mana Paulus meminta bantua Sunsugos untuk mendamaikan.

Observasi dan Interpretation:
1. Paulus menasehati jemaat Filipi untuk:
a. Sehati sepikir dalam 1 kasih, 1 jiwa dan 1 tujuan.
b. Tidak mencari kepentingan sendiri dan puji2an yang sia2 (kenodoxia=kesombongan)
c. rendah hati (tapeinophrosune=rendah hati/sederhana), menganggap orang lain lebih utama.
Supaya sukacita Paulus menjadi lengkap.

Yang membuat konflik dan perselisihan di gereja banyak disebabkan oleh:
i. Mencari kepentingan sendiri.
ii. Kesombongan.

 2. Dasar nasehat Paulus adalah karena jemaat yang ada dalam Kristus bisa memperoleh nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan.

Bagaimana caranya:
a. Pimpinan Roh Kudus (Yoh 16;8,13)
b. Pembinaan melalui pemuridan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, Paulus, Petrus, dsb.
c. Persekutuan orang percaya (Ibr 10:25, 1 Kor 12:1-31).

3. Paulus memberikanan teladan Kristus untuk Jemaat Filipi merendahkan hati karena Paulus ingin fokuskan jemaat tersebut kepada Kristus. Selain itu Paulus tidak merasa layak sebagai manusia yang berdosa. Sehingga dalam KTB, kotbah ibadah harus berpusat pada Kristus.

4. Kerendahan hati Kristus (tapeinoo=rendah hati/dipermalukan):
a. Tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang perlu dipertahankan (2:6).
b. Mengosongkan diri dan mengambil rupa sebagai hamba (2:7 - Kenosis). 
c. Merendahkan diri dan taat sampai mati di kayu salib yang hina (2:8).

Dengan demikian Paulus menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Dan karena kitab ini ditulis tahun 60an, makan tuduhan orang2 yang tidak percaya bahwa Yesus dijadikan Tuhan di Konsili Nicea di tahun 325M merupakan kesalahan besar.

Karena itu Allah Bapa:
a. Meninggikan Kristus (2:9)
b. Mengaruniakan nama di atas segala nama, spy:
    i. Segala yang ada di langit, di atas/bawah bumi semua bertekuk lutut (2:10) ini merupakan nubuatan dari Yes 45:23.
c. Mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.

Bandingkan dengan pertengkaran murid2 Tuhan Yesus saat perjamuan terakhir di Lukas 22:24-27. Betapa Kristus memberikan teladan kerendahan hati yang luar biasa.
Kita dipanggil untuk menjadi pemimpin yang melayani.

APLIKASI
5. Hal2 yang menghalangi kita untuk rendah hati:
a. Kesombongan.
b. Merasa paling tahu.
c. Merasa paling benar
d. Terlalu yakin diri.

Yang bisa kita lakukan:
a. Memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan melalui doa, sate dan persekutuan.

b. Memperbaiki hubungan dengan sesama kita, contoh: berusaha kenal nama SATPAM atau pembantu gereja sehingga mereka merasa dihargai.

Bab 1 - Kasih

Perikop: 1 Yoh 4:7-21

OBSERVASI

Konteks
Surat rasul Yohanes di 1 Yoh ditujukan kepada saudara-saudara seiman (dalam bahasa Yunani: Adelphos). Kata kasih yang dipakai adalah Agape yang merupakan jenis kasih tertinggi di mana merupakan kasih tanpa syarat. Surat ini dimulai dengan pernyataan rasul Yohanes sebagai saksi hidup akan Kristus, dia menggunakan kata: dengar, lihat, raba. Tujuan kesaksiannya supaya saudara2 seiman yang percaya kepada Kristus tahu bahwa mereka telah memiliki hidup yang kekal (5:13). Hal ini bersama dengan beberapa doktrin lain begitu penting untuk ditekankan lagi, karena pada saat itu banyak nabi2 palsu yang bermunculan (4:1). Disebut juga Anti-Kristus yang ada di antara mereka sendiri (2:19) menyebabkan kebingungan. Rasul Yohanes menunjukkan otoritasnya dalam penulisan kitab ini (4:6), hal ini juga menunjukkan dia sangat mengenal jemaat mula2 itu.
Beberapa ayat yang paralel adalah: Yoh 15 (persekutuan dengan Tuhan) dan Yoh 13:34-35 (perintah kasih).

Beberapa alasan orang2 mengasihi:
1. Supaya dapat balasan.
2. Supaya masuk surga (Islam)
3. Supaya bisa reinkarnasi menjadi manusia atau tuhan (Budha)
4. Supaya terlihat baik (farisi/ahli taurat)
5. Ikut ajaran agama (Gafatar, Mormon, dsb)
6. Karena iman di dalam Kristus (Orang Kristen)

Allah & kasih:
1. Kasih berasal dari Allah (7).
2. Allah adalah kasih (8).
3. Kasih Allah nyata (Yun: phaneros=diwahyukan) dalam Kristus (9)
4. Allah yang mengasihi kita dahulu (10).
5. KasihNya sempurna (teleioo=digenapi) dalam kita, apabila kita saling mengasihi.

Tujuan: untuk menebus dosa2 kita melalui Kristus sehingga kasihNya nyata dalam kita.

Cara Allah mengasihi:
1. Mengutus AnakNya yang tunggal untuk mati bagi manusia berdosa.
2. Melalui kita semua (12)

Dasar perintah saling mengasihi:
1. Setiap orang yang lahir baru dan mengenal Allah pasti mengasihi saudara2nya (7).
2. Allah sudang mengasihi kita terlebih dahulu supaya kita bisa mengasihi saudara2 kita (10)

Hubungan antara perintah saling mengasihi dan persekutuan dengan Allah:
1. Persekutuan dengan Allah menghasilkan kasihNya yang sempurna dalam kita.
2. Kita mendapat bagian dair RohNya (Yun: Pneuma=Roh Kudus).
3. Mempunyai iman di dalam Kristus yang memampukan kita mengaku bahwa Yesus Anak Allah (15)

Bukti kasih kepada Allah:
1. Kita mempunyai keberanian pada hari penghakiman (Yun: krisis) (17).
2. Tidak ada ketakutan (Yun: phobos=ngeri) terhadap hukuman (Yun: kelosis=tempat siksaan) (18).
3. Mengasihi saudara kita. (Kalau ditarik ke kotbah Tuhan Yesus di Mat 5:43-44 kita bahkan harus mengasihi musuh kita).

INTERPRET
Yang membedakan kasih dari orang Kristen dan orang dunia:
1. Kasih orang Kristen merupakan perwujudan dari iman kepada Kristus.
2. Tidak terbatas pada orang yang baik sama kita, bahkan kasih itu juga kepada musuh kita seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus.
3. Orang Kristen bisa mengasihi karena Allah yang mengasihi terlebih dahulu.
Sangat mudah bagi kita untuk bilang kita mengasihi Allah, tetapi dalam kesharian kita tidak ada perbuatan kasih kepada orang2 di sekitar kita. Seharusnya apabila memang kita mengasihi Allah maka kasih itu seharusnya nyata dalam kasih kita kepada orang lain. Kasih ini bukan hanya dalam perkataan saja tetapi dengan perbuatan dan bukan karena munafik tetapi dengan sungguh2 dari hati.

APLIKASI
Beberapa hal yang menghalangi kita mengasihi:
1. Kesibukan.
2. Iri hati.
3. Benci.
4. Merendahkan.
5. Sakit hati.
6. Diskriminasi dan rasisme

Sikap kita seharusnya minta pengampunan dari Tuhan atas kesalahan kita, kita seharusnya juga mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Ini tidak mudah, tapi kita perlu:
1. Mempunyai relasi yang benar dengan Tuhan melalui saat teduh, baca Alkitab, persekutuan, dsb.
2. Taat pada perintahNya (Yoh 14:15) - bukti bahwa kita mengasihi Dia.

Tindakan nyata:
1. Mengampuni orang yang bersalah pada kita.
2. Menolong orang yg memerlukan bantuan.
3. Melayani orang lain.
4. Memperkenalkan non-believer kepada Injil.
5. Menegur saudara2 seiman yang tidak taat pada perintah Tuhan (Mat 18:15-18, 1 Tim 5:1-2, Gal 6:1) -

Membiarkan saudara kita dalam kesalahan sama seperti menjerumuskan mereka. Tetapi kita harus menegur dengan sikap hormat dan rendah hati.
Ayat hafalan 1 Yoh 3:18:

"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran (yun: aletheia=jujur)."